Rabu, 09 Januari 2013

RESPON TERHADAP BERITA


RESPON TERHADAP BERITA

PENDAHULUAN
Dakwah merupakan aktivitas untuk mengajak manusia agar berbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Di samping itu, dakwah islam juga dapat dimaknai sebagai usaha dan aktivitas orang beriman dalam mewujudkan ajaran islam dengan menggunakan sistem dan cara tertentu ke dalam kenyataan hidup perorangan (fardiyah), keluarga (usrah), kelompok (thaifah), masyarakat (mujtama’), dan Negara (baldatun) merupakan kegiatan yang menyebabkan terbentuknya komunikasi dan masyarakat muslim serta peradabannya. Tanpa adanya aktivitas dakwah, masyarakat muslim tidak mungkin terbentuk. Oleh karena itu, dakwah merupakan aktivitas yang berfungsi mentransformasikan nilai-nilai Islam sebagai ajaran (doktrin) menjadi kenyataan tata masyarakat dan peradabannya yang mendasarkan pada pandangan dunia Islam yang bersumber pada Alqur’an dan As-Sunnah. Oleh karena itu, dakwah Islam merupakan factor dinamika dalam membentuk terwujudnya masyarakat yang berkualitas khairu ummah dan baldatun thayyibah wa rabbun ghafur.[1]

PEMBAHASAN

A.    Da’i Sebagai Komunikator
Komunikator merupakan orang yang menyampaikan isi pernyataan kepada komunikan. Komunikator bisa tunggal, kelompok, atau organisasi pengirim berita. Komunikator bertanggung jawab dalam hal mengirim berita dengan jelas, memilih media yang cocok untuk menyampaikan pesan tersebut, dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik. Untuk itu, seseorang komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi harus memperhatikan denagn siapa dia berkomunikasi, apa yang akan disampaikan, dan bagaimana cara menyampaikannya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap muslim yang mukallaf (dewasa) secara otomatis dapat berperan sebagai da”i/mubalig (komunikator) yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran-ajaran islam kepada seluruh umat manusia. Tentu saja dalam pengertian yang sangat luas, proses dakwah itu tidak merupakan suatu komunikasi yang bersifat oral maupun tertulis saja. Tetapi semua kegiatan serta sarana yang secara hukum adalah sah, dapat dijadikan alat untuk berdakwah sesuai dengan kemampuan dari komunikator masing-masing. Sehingga dengan demikian, kita mengenal istilah total dakwah, yaitu proses dimana setiap muslim dapat mendayagunakan kemampuannya masing-masing dalam rangka mempengaruhi orang lain agar bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan mission sacred dari ajaran-ajaran islam tersebut.[2]

B.     Hadis Tentang Berhati-hati dalam Mencari Berita

وعن ابي هر يرة رضي الله عنه ان النبي صلي الله عليه وسلم قل: كفي بالمرء كدباان يحد ث بكل ماسمع.روه مسلم.
Abu Hurairoh r.a. berkata: Bersabda Nabi s.a.w: cukup orang berdusta kalau ia membicarakan semua apa yang didengarkan.
Hadis diatas menjelaskan bahwa kurang teliti dalam pembicakaraan dan membawa berita, akan membawa dusta.

وعن سمرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلي الله عليه وسلم: من حدث عني بحديث يري انه كدب فهواحدالكادبين. روه مسلم.
Samuroh r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: siapa menceritakan suatu berita daripadaku, yang ia sendiri menganggap bahwa berita itu dusta, maka ia salah satu dari pendusta.[3]
Hadits diatas menjelaskan, jangan membawa berita kecuali kamu sendiri merasa itu benar dan sudah diselidiki.

وعن ابي هريرة رضي الله عنه:ان رسول الله صلي الله عليه وسلم قال:اياكم والظن فان الظناكدب الحديث.متفق عليه.

Abu hurairah r.a. berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: awaslah kamu daripada sangka-sangka, karena sangka-sangka itu sedusta-dusta berita.[4]
Hadits diatas menjelaskan bahwa janganlah berburuk sangka terhadap berita karena itu akan membawa dusta.
Panduan Allah SWT bagi kaum muslim dalam menyikapi suatu informasi (berita) begitu tegas: telitilah berita yang dibawa atau disiarkan orang-orang fasik. Artinya, jangan mudah percaya begitu saja kepada suatu berita, kabar, opini, atau informasi yang disebarkan oleh orang-orang fasik.[5]
Hadits diatas mengajarkan kepada kaum muslimin agar berhati-hati dalam menerima berita dan informasi. Sebab informasi sangat menentukan mekanisme pengambilan keputusan, dan bahkan entitas keputusan itu sendiri. Keputusan yang salah akan menyebabkan semua pihak merasa menyesal. Pihak pembuat keputusan merasa menyesal karena keputusannya itu menyebabkan dirinya mendhalimi orang lain. Pihak yang menjadi korban pun tak kalah sengsaranya mendapatkan perlakuan yang dhalim. Maka jika ada informasi yang berasal dari seseorang yang integritas kepribadiannya diragukan harus diperiksa terlebih dahulu. Dan berita itu harus dikonfirmasi, sehingga merasa yakin akan kebenaran informasi tersebut untuk dijadikan sebuah fakta.
Informasi yang perlu dikonfirmasikan adalah berita penting, yang berpengaruh secara signifikan terhadap nasib seseorang, yang dibawa oleh orang fasik. Tentang arti fasik, para ulama’ menjelaskan mereka adalah orang yang berbuat dosa besar. Sedang dosa besar itu sendiri adalah dosa yang ada hukuman di dunia, atau ada ancaman siksa di akhirat. Berdusta termasuk dalam salah satu dosa besar, berdasarkan sabda Rasulullah saw; “Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa besar yang paling besar, lalu beliau menjelaskan, kata-kata dusta atau kesaksian dusta” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Sebenarnya persoalan dusta sebagai dosa besar atau dosa kecil tergantung pada masalah yang diberitakan secara dusta. Jika materi informasi tersebut menyangkut persoalan penting yang berimplikasi besar, maka berdusta bisa masuk kategori dosa besar. Tetapi jika persoalan yang disampaikan secara dusta itu persoalan sepele, dan tidak berimplikasi apa-apa, bisa masuk dosa kecil. Meskipun begitu, kebiasaan dusta itu sendiri adalah kebiasaan yang sangat tidak baik, sehingga di dalam bai’at Aqabah Rasulullah saw memasukkan unsur ‘tidak berdusta’ ke dalam salah satu point bai’at. Terlepas dari dosa besar atau dosa kecil, orang yang biasa berdusta menunjukkan bahwa kepribadiannya meragukan, sehingga kata-katanya tidak bisa dipercaya.
Dan mengenai berita yang perlu dikonfirmasi adalah berita penting, ditunjukkan dengan digunakannya kata naba’ untuk menyebut berita, bukan kata khabar. M. Quraish Shihab dalam bukunya Secercah Cahaya Ilahi halaman 262 membedakan makna dua kata itu. “Kata naba’ menunjukkan berita penting, sedangkan khabar menunjukkan berita secara umum. Al-Qur’an memberi petunjuk bahwa berita yang perlu diperhatikan dan diselidiki adalah berita yang sifatnya penting. Adapun isu-isu ringan, omong kosong, dan berita yang tidak bermanfaat tidak perlu diselidiki, bahkan tidak perlu didengarkan karena hanya akan menyita waktu dan energi.”
Dalam soal mentabayyun berita yang berasal dari orang yang berkarakter meragukan ini ada teladan yang indah dari ahli hadis. Mereka telah mentradisikan tabayyun ini di dalam meriwayatkan hadis. Mereka menolak setiap hadis yang berasal dari pribadi yang tidak dikenal identitasnya (majhul hal), atau pribadi yang diragukan intgritasnya (dla’if). Sebaliknya, mereka mengharuskan penerimaan berita itu jika berasal dari seorang yang berkepribadian kuat (tsiqah). Untuk itulah kadang-kadang mereka harus melakukan perjalanan berhari-hari untuk mengecek apakah sebuah hadis yang diterimanya itu benar-benar berasal dari sumber yang valid atau tidak.
Tetapi sayang, tradisi ini kurang diperhatikan oleh kaum muslimin saat ini. Pada umumnya orang begitu mudah percaya kepada berita di koran, majalah atau media massa. Mudah pula percaya kepada berita yang bersumber dari orang kafir, padahal kekufuran itu adalah puncak kefasikan. Sehingga dalam pandangan ahlul hadis, orang kafir sama sekali tidak bisa dipercaya periwayatannya.
Sebagai misal, ketika mereka menuduh seseorang atau kelompok sebagai teroris, maka serta merta semua orang seperti mengikuti berita itu secara taken of granted. Akibat dari informasi tersebut, sebagian umat Islam menjadi terpojok dan terkucil, dan bisa jadi terdhalimi. Sementara orang-orang kafir mendapatkan dukungan sehingga berada di atas angin Dalam persoalan seperti ini seharusnya orang Islam berhati-hati, jika tidak mengetahui informasi secara persis maka harus bersikap tawaqquf (diam) Jangan mudah memberikan respon, pendapat, analisa atau sikap terhadap orang lain jika informasi yang diperolehnya belum valid. Sebab jika tidak, ia akan terjerumus pada sikap mengikuti isyu, dan akhirnya menetapkan sebuah keputusan tanpa fakta.
C.    Respon Mad’u Terhadap Berita
Dalam komunikasi respon mad’u terhadap berita sangat berperan penting. Karena kelanjutan komunikasi atau berhentinya komunikasi yang berasala dari komunikator ditentukan oleh respon mad’u tersebut. Respon atau tanggapan mad’u yang menyenangkan komunikator, komunikator akan tetap melanjutkan komunikasinya sehingga berjalan dengan lancar dan sebaliknya jika respon atau tanggapan mad’u yang kurang menyenangkan komunikatornya maka komunikasinya akan berhenti atau selesai, karena komunikator enggan melanjutkan komunikasinya.
Berdasarkan responn atau tanggapaan mad’u terhadap dakwah, mad’u dapat digolongkan menjadi:
a.       Golongan simpati aktif, yaitu mad’u yang menaruh simpati dan secara aktif member dukungan moral dan materi terhadap kesuksesan dakwah. Mereka juga berusaha mengatasi hal-hal yang dianggapnya merintangi jalannya dakwah dan bahkan mereka bersedia berkorban segalanya untuk kepentingan Allah SWT.
b.      Golongan pasif, mad’u yang masa bodoh terhadap dakwah, tidak merintangi dakwah.
c.       Golongan antipati, mad’u yang tidak rela atau tidak suka akan terlaksananya dakwah. Mereka berusaha dating berbagai cara untuk merintangi atau meninggalkan dakwah.[6]

Ibnu Abbas r.a. berkata: Nabi s.a.w bersabda: Allah SWT berfirman:

لمااصيب اخوانكم باحدجعل الله ارواحهم في طيرخضرتردانهاالنة تاكل من ثمارهاوتاوي الي قناديل من دهب معلقةفي ظل العرس فلماوجدواطيب هاكلهم ومشربهم ومقيلهم قالوا: من يبلغ اخوانناعناانااحيافي الجنةنرزق لئلايزهدوافي الجهادولاينكلواعن الحرب فقال الله تعالي اناابلغهم عنكم.اخرجه احمدوابوداودوالحاكم والبيهقي وابن عباس رضي الله عنهما. 
“Tatkala terkena mati kawan-kawanmu di dalam perang “Uhud”, Allah memindahkan roh-roh mereka ke dalam burung-burung hijau yang menghinggapi sungai-sungai syurga memakan dari buah-buahannya dan dating berlindung pada lampu-lampu emas yang bergantungan di bawah bayangan aresy. Setelah ditemui dan dirasakan makanan dan minum-minuman yang selezat dan sedap serta kenikmatan tempat peristirahatan, berkatalah burung-burung itu: siapakah yang akan menyampaikan berita kepada kawan-kawan kami, bahwa kami hidup bahagia di syurga, agar supaya mereka tidak berhenti berjihad dan menjadi licik pengecut dalam peperangan. Allah berfirman: “Aku akan sampaikan berita itu kepada mereka untukmu”. (HR. Ahmad, Anu Dawud, Alhakim, Albaihaqi dan Ibnu Jair).[7]
Berdasarkan hadits diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa tindakan yang dilakukan oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh suatu berita yang datang. Respon atau tanggapan setiap orang terhadap sebuah berita pasti tidak sama. Ada yang menerima, menolak, mendukung, atau justru tedak merespon terhadap berita tersebut.
kita jangan sampai melakukan tindakan salah dan ceroboh mengenai pastinya kebenaran akan berita tersebut. Tetapi kita juga harus benar-benar tahu akan kebenaran berita tersebut, karena kita sebagai umat islam harus peka terhadap berita yang dating.

SIMPULAN
Sebagai uamt islam, dalam mencari berita atau membawa berita kita harus tahu terlebih dahulu berita tersebus sudah pasti kebenarannya atau tidak, jangan mudah percaya begitu saja kepada suatu berita, kabar, opini, atau informasi yang disebarkan oleh orang-orang fasik. Dan dalam prose berkomunikasi atau proses dakwah tentunya ada respon atau tanggapan antara komunikator dengan komunikan. Respon atau tanggapan mad’u terhadp dakwah dapat digolongkan menjadi, yaitu golongan simpati aktif, golongan pasif, dan golongan antipasti.

PENUTUP
Demikian makalah respon terhadap berita, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat diperlukan untuk kebaikan makalah selanjutnya. Demikian dan terima kasih semoga bermanfaat.




DAFTAR PUSTAKA
Amir, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzan, 2009
Bahreisy, Salim, Terjemah Riadhus Shalihin, Bandung: PT. Alma’arif
Ilahi, Wahyu, Komunikasi Dakwah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010
Husain, Adian, Penyesatan Opini, Jakarta: Gema Insani, 2002




[1] Drs. Samsul Munir Amir, M.A., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hal.xviii
[2] Ibid, hal. 146
[3] Salim Bahreisy, Terjemah Riadhus Shalihin II, (Bandung: PT. Alma’afir), hal. 428
[4] Ibid, hal. 447
[5] Adian Husain, M.A., Penyesatan Opini, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hal. xiii
[6] Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 119-120
[7] Muhammad Tajudin, 272 Hadits Qudsi, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1948), hal. 159-160

Mubazir dan Kita

Rabu, 21 Desember 2011

IPTEK


PENGARUH ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI TERHADAP PSIKOLOGI SEKSUAL REMAJA
I.                   PENDAHULUAN
Di era globalisasi dan modernisasi ini, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Tua-muda, kaya-miskin, penduduk desa maupun kota sudah dapat menikmati perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Apalagi remaja, sepertinya remajalah yang paling banyak memenfaatkan dan mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Namun, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ternyata tidak sepenuhnya membawa manfaat. Selain mempunyai segudang manfaat, ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata memberikan dampak kurang baik. Salah satunya dapat merusak moral generasi penerus bangsa.
Media juga memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk karakteristik masyarakat. Terutama kalangan remaja yang masih plin-plan dalam kepribadian. Tayangan televisi yang hedonis, individualis, dan materialis telah sedemikian kuatnya masuk kedalam kepribadian remaja. Sehingga kita sering menemukan remaja yang mengikuti idola mereka di tayangan televisi. Baik melalui film, sinetron, iklan ataupun tayangan televisi lainnya yang menurut mereka sesuai dengan mereka. Hal ini tidak akan menjadi sebuah persoalan manakala yang menjadi idola mereka adalah orang-orang yang memang layak untuk dijadikan idola, tapi faktanya tidaklah demikian, karena biasanya yang dijadikan idola mereka adalah pada bentuk fisik, seperti cantik, ganteng, dan sebagainya, bukan kepada sikap dan kepribadiannya. Kalau tayangan televisi yang negatif menjadi karakter para remaja, maka kita tinggal menunggu masa depan bangsa ini diambang kehancuran terutama pada sisi moralitasnya, dan ini berbahaya untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Masa remaja adalah suatu tahap dalam perkembangan dimana seseorang mengalami perubahan-perubahan yang dramatis dari aseksual menjadi seksual. Perkembangan karakteristik seksual kemudian menyebabkan perkembangan prilaku seksual seperti tertarik pada lawan jenis dan keinginan untuk melakukan hubungan seks. Prilaku seks pada remaja dapat mengarah pada problem yang serius sikap prilaku tersebut diekspresikan secara tidak sehat atau tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

II.                PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Era Globalisasi

Fenomena modern yang terjadi di awal milenium ketiga ini populer dengan sebutan globalisasi. Kemajuan pesat dibidang teknologi komunikasi dan informasi juga telah mempermudah hubungan antara manusia. Pada zaman dahulu, manusia hanya menggunakan alat-alat komunikasi yang amat sederhana untuk berhubungan satu sama lain. Kualitas dan kuantitas komunikasi merekapun sangat dipengaruhi oleh jarak yang memisahkan mereka. Namun, pada zaman sekarang keadaan seperti itu sudah tidak ada lagi. Dunia terasa menyempit. Teknologi telekomunikasi saat ini telah berhasil menangani berbagai halangan perbedaan jarak, tempat dan juga waktu. Telepon seluler yang kita miliki misalnya memungkinkan kita menghubungi dan dihubungi oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun kita berada.
Kemajuan di bidang teknologi, satelit komunikasi juga telah memungkinkan stasiun-stasiun televisi global menyiarkan secara langsung berbagai peristiwa yang sedang terjadi di berbagai tempat di dunia, seperti perang, bencana-bencana nasional, olahraga, serta hiburan. Demikian pula dengan internet. Internet merupakan jaringan komunikasi dan informasi terbesar yang menghubungkan jutaan komputer dan mesin-mesin pengakses data di seluruh dunia. Internet telah memudahkan transaksi-transaksi bisnis di seluruh dunia, dan dapat memperoleh berbagai informasi penting secara lebih up-to-date.
Namun, era globalisasi selain membawa banyak manfaat ternyata mempunyai dampak negatif bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah televisi, yang dapat dijadikan alat yang sangat ampuh di tangan sekelompok orang atau golongan untuk merusak nilai-nilai moral, untuk mempengaruhi atau mengontrol pola fikir seseorang oleh mereka yang mempunyai kekuasaan terhadap media tersebut.
Di sisi lain era globalisasi identik dengan sains dan teknologi yang pengembangannya tidak terlepas dari studi kritis dan riset yang tidak kenal henti. Dengan semangat yang tak pernah padam ini para saintis telah memberikan kontribusi yang besar kepada kesejahteraan umat manusia di samping kepada sains itu sendiri. Hal ini sesuai dengan identifikasi para saintis sebagai pecinta kebenaran dan pencarian untuk kebaikan seluruh umat manusia. Akan tetapi, dengan perbedaan perspektif terhadap nilai-nilai etika dan moralitas agama, kedudukan saintis sebagai pencari kebenaran tampaknya perlu dipertanyakan. Apalagi bila dilihat dari fakta berikut : di Amerika Serikat di akhir tahun 1940-an, anak-anak remaja diberi sarapan yang dicampur radio aktif.
Kemudian selama tahun 1950-an sampai 1970-an, menurut New York Times, wajib bagi seluruh mahasiswa baru, laki-laki dan perempuan di Harvard, Yag dan universitas elit lain di Amerika, difoto telanjang untuk sebuah proyek besar yang didesain dalam rangka untuk menjunjung bahwa “tubuh seseorang” yang diukur dan dianalisa, dapat bercerita banyak tentang Intelegensia, watak, nilai moral dan kemungkinan pencapaiannya dimasa depan. Semua atas nama sains dan kemajuan teknologi.
Semua itu media televisi, sebagai hasil pencapaian teknologi modern yang paling luas jangkauannya memiliki dampak sosio-psikologis sangat kuat pada pemirsanya. Beberapa hasil studi berhasil menguak bahwa menonton televisi dapat menimbulkan : sikap agresif, sikap anti sosial, kecenderungan gaya hidup mewah, kecenderungan preferensi seksual, kesadaran akan daya tarik seksual, stereotype, peran seksual, dan identifikasi diri dengan karakter-karakter di televisi.

A.    Pengaruh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Terhadap Psikologi Seksual Remaja
Begitu banyak akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang komunikasi dan informasi dalam segala aspek kehidupan. Batas antar negara semakin menipis, segala bentuk informasi yang diproduksi di belahan bumi bagian barat dengan belahan bumi bagian timur tentunya sangat berbeda sistem sosial budayanya, namun dengan mudahnya hal tersebut dapat keluar masuk dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kehidupan remaja, yang berada dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja, hal tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, baik fisik maupun psikologis. Bila pertumbuhan dan perkembangan masa remaja lebih banyak dipengaruhi oleh situasi sosial yang kurang sesuai dengan kapasitas jati dirinya, maka dikhawatirkan masa depan dapat merugikan masyarakat dan keluarga sendiri.
Di samping di rumah dan di sekolah, remaja juga mendapatkan pengetahuan seksual dari berbagai sumber seperti media cetak, alat elektronik, teman sebaya dan pergaulan sosial. Hal tersebut tidak sesuai dengan perilaku remaja dan dapat mempengaruhi perilaku remaja untuk ikut-ikutan terjun ke dalam hal yang kurang baik, khususnya pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi perilaku seksual remaja. Contohnya dalam tayangan televisi yang tidak sesuai dengan usia mereka. Dengan perlahan tayangan tersebut mempengaruhi sifat, sikap dan perilaku remaja. Situasi maraknya pornografi sebagai media yang menyesatkan hingga merusak moral, kriminalitas, dan kasus seksual remaja semakin bertambah. Dengan adanya pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi secara fisik maupun nonfisik, masa depan remaja diambang kehancuran.

B.     Solusi dari Problematik Perilaku Seksual Remaja
Hubungan seksual diluar pernikahan, dalam masyarakat Indonesia dianggap sebagai pelanggaran norma. Di dalam agama Islam disebut zina dan harus mendapatkan hukuman berat. Begitu juga dalam hukum adat beberapa daerah. Pelakunya dianggap telah menodai nama baik keluarga dan seluruh masyarakat di lingkungan itu. Wanita yang telah meakukan hubungan seksual di luar nikah, umumnya merasa ketakutan menghadapi masa depannya. Jika ia hamil karena hubungan di luar nikah, seluruh anggota masyarakat yang lain dan bahkan keluarganya akan mencemooh, menggunjingnya dan bila bertemu akan memandangnya dengan rasa jijik.
Setidaknya dada beberapa hal yang mesti dilakukan baik itu para orang tua, pemerintah dan lembaga yang peduli akan nasib remaja.
Pertama, hendaknya kita senantiasa melindungi remaja dengan cara memberikan perhatian yang tulus dan ikhlas tanpa harus bersikap kasar dan keras.
Kedua, pemberian bekal spiritual untuk remaja melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang metode dan polanya tidak membosankan.
Salah satu upaya untuk mengatasi problematika perilaku seksual remaja adalah dengan adanya konseling seksualitas remaja. Konseling seksualitas remaja adalah proses pemberian bantuan dari konselor kepada seorang remaja atau sekelompok orang yang memiliki masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi sesuai dengan umur dan permasalahan, perkembangan fisik dan mental pada masa pubertas, misalnya masalah seputar pacaran, perilaku seks, HIV/AIDS, penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan. Dalam berbagai konseling, seorang konselor berperan sebagai pemberi alternatif solusi, sedangkan pengambilan keputusannya diserahkan kepada remaja. Sejara umum tujuan konseling seksualitas remaja adalah memberi informasi tentang seksualitas secara benar dan profesional, membantu remaja memperoleh identitas dirinya dalam pilihan perilaku dan orientasi seks, meningkatkan pengetahuan seksualitas, mengurangi kecemasan yang dialami olrh remaja berkaitan dengan prilaku seksnya.
Dan salah satu upaya membentengi remaja dari pengetahuan seks yang menyesatkan adalah dengan memberikan pendidikan seksualitas yang benar. Ada dua keuntungan yang dapat diperoleh dari pendidikan seksualitas :
Pertama, mengurangi jumlah remaja yang melakukan hubungan seks sebelum nikah.
Kedua, bagi remaja yang sudah melakukan hubungan seksual mereka akan melindungi dirinya dari penularan HIV/AIDS.
Mengingat rasa ingin tahu remaja yang begitu besar, pendidikan seksualitas yang diberikan harus sesuai kebutuhan remaja, serta tidak menyimpang dari prinsip pendidikan seksualitas itu sendiri.  Maka, pendidikan seksualitas harus mempertimbangkan :
1.      Pendidikan seksualitas harus didasarkan penghormatan hak seksual remaja.
2.      Berdasarkan pada kesetaraan gender.
3.      Partisipasi remaja secara penuh dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan seksualitas.
4.      Bukan hanya dilakukan secara formal, tetapi juga non formal.

III.             KESIMPULAN

            Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ditemukannya teknologi handphone dan jaringan internet serta digitalisasi alat elektronik pada tahun 1980-an adalah instrumen utama dimulainya era globalisasi di penjuru dunia. Komunikasi dan informasi menjadi mudah, murah dan menjelma menjadi kebutuhan utama masyarakat. Dunia yang seluas dan selebar ini menjadi seperti kampung kecil karena begitu cepatnyainformasi tersebar.

Begitu banyak manfaat dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di era globalisasi. Tapi tidak sedikit pula kerugian yang di timbulkannya, khususnya bagi remaja. Kerugian tersebut adalah seorang remaja dapat dengan mudah melihat gambar-gambar porno dari internet dan televisi, penyebaran paham seks bebas, perilaku kekerasan dan kriminalitas serta budaya atau tradisi lainnya dari mancanegara yang tidak sesuai dengan budaya bangsa indonesia. Hal in semakin diperparah dengan sifat remaja yang ikut-ikutan dan suka meniru dan tidak adanya pengawasan dari orang tua, sehingga para remaja dapat dengan mudah mempraktekkan hal-hal yang telah dilihatnya. Akibatnya, timbullah perilaku seksual remaja yang menimpa para remaja pranikah.

Untuk mengatasinya diperlukan peran aktif dari orang tua dengan cara memberikan perhatian yang tulus dan ikhlas tanpa harus bersikap keras dan kasar. Serta pemberian bekal spiritual unuk remaja dengan cara melakukan kegiatan kegiatan keagamaan yang metode dan polanya tidak membosankan. Selain itu, diperlukan adanya konseling seksualitas remaja yang dapat memberikan solusi kepada remaja untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan perilaku seksnya. Antisipasi lain, dapat dilkukan pemberian pendidikan seksual sedini mungkin. Sesuai kebutuhan remaja dan tidak menyimpang dari prinsip pendidikan seksual itu sendiri.


IV.             PENUTUP
Demikian makalah yang dapat saya sampaikan.saya menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan ini. Maka dari itu saya mohon saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala  kekurangannya.